Raia Risjad (Putri Marino), kehilangan inspirasinya untuk menulis setelah ia bercerai dari suaminya Alan (Arifin Putra), yang selingkuh. Raia kemudian pindah ke New York, dan bertemu Erin (Jihane Almira) yang berusaha membangkitkan kembali semangat hidupnya. Erin pun memperkenalkan Raia kepada Aga (Jerome Kurnia), hingga takdir mempertemukan Raia dengan River (Nicholas Saputra). River, arkitek pendiam akibat trauma masa lalunya, adalah abangnya Aga. Tidak hanya Aga dan River yang mencintai Raia dengan caranya masing-masing. Ada pula Diaz (Omar Daniel), musisi jazz yang dicintai Erin.

Diadaptasi dari novel karya Ika Natassa, dalam film ini untuk pertama kalinya aktor Nicholas Saputra berpasangan dengan Putri Marino. Nicholas Saputra adalah peraih Piala Citra untuk Pemeran Utama Pria Terbaik Festival Film Indonesia 2005, Aktor Terpuji Festival Film Bandung 2006, Most Favourite Actor MTV Indonesia Movie Awards 2006, Leading Actor dalam Guardians e-Awards 2009, dan Aktor Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2008. Sementara Ni Luh Dharma Putri Marino pernah meraih dua Piala Citra untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik (FFI 2017) dan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik (FFI 2018). Ia juga memeroleh penghargaan sebagai aktris di Piala Maya (2017, 2021, 2022), Indonesian Movie Actors Awards (2018), dan Festival Film Bandung (2022). Lembaga Sensor Film mengklasifikasikan film drama romantis The Architecture of Love ini untuk penonton usia 13 tahun ke atas. (ind)

Brett (Alexander Arnold) bersama empat teman semasa kuliahnya, Sam (Kim Spearman), Logan (Arlo Carter), Riley (Erin Mullen), dan Brian (Maxime Durand), berpesta akhir pekan sembari bernostalgia akan kebersamaan mereka dulu. Pulau Karibia pun dipilih untuk acara itu mengingat keindahannya. Brett punya teman lama bernama Noah (Jack Parr), seorang instruktur selam scuba yang menyediakan jasa wisata di pulau tersebut. Mereka memulai tur selam scuba di bangkai kapal Perang Dunia II tahun 1944, yang baru ditemukan Noah setelah pencarian selama 80 tahun. Namun, ternyata bangkai kapal tersebut telah menjadi sarang hiu putih yang buas dan mengerikan.

Film The Last Breath yang menyajikan ketegangan dan kengerian, ini oleh LSF diklasifikasikan untuk penonton usia 13 tahun ke atas. (tw)

Setelah mengalami cedera, pemain tenis profesional Tashi Duncan (Zendaya), beralih menjadi pelatih. Suaminya, Art Donaldson (Mike Faist), dilatihnya untuk memenangi Grand Slam terkenal dunia. Sayangnya, prestasi Art menurun, dan ia mengalami kekalahan beruntun. Agar Art berlatih lebih keras untuk mengembalikan kejayaannya, Tashi pun mendaftarkan suaminya ikut turnamen Challenger. Di ajang itulah mereka berdua bertemu kembali dengan Patrick (Josh O’Connor), mantan kekasih Tashi, sekaligus sahabat lama Art. Cinta segitiga yang pernah terjadi di antara mereka, menjadikan dendam, benci dan cinta yang dirasakan Patrick, terkumpul menjadi satu, saat melawan Art di kompetisi itu.

Tak hanya sebagai produser, Zendaya yang menjadi pemeran utama di film ini, mempersiapkan perannya selama tiga bulan di bawah pelatih tenis profesional Brad Gilbert. Film ini adalah kali kedua Zendaya bekerjasam dengan sutradara Luca Guadagnino dan Trent Reznor serta Atticus Ross setelah Bones and All (2022). Ini juga merupakan kolaborasinya yang ketiga dengan sinematografer asal Thailand, Sayombhu Mukdeeprom. LSF mengklasifikasikan film Challengers, ini untuk penonton usia 17 tahun ke atas. Bijaklah memilah dan memilih film sesuai klasifikasi usia. (adl)

Di tengah perang antaragama Katolik vs Protestan, dan ancaman invasi dari Inggris, Milady (Eva Green) yang ingin membalas dendam, mengemban  misi membunuh Duke of Buckingham (Jacob Fortune). Sementara D’Artagnan (François Civil) yang mencari kekasihnya, Constance Bonacieux (Lyna Khoudri) dihadapkan pada kenyataan bahwa Constance berada di bawah kekuasaan Duke of Buckingham, dan terpaksa bekerjasama dengan Milady untuk membebaskannya. Intrik politik, cinta dan pengkhianatan menjadi konflik yang melatarbelakangi aksi heroik di film ini.

Berlatar kekuasaan Raja Louis XIII di Perancis, film yang diangkat dari novel The Three Musketeers (Les Trois Mousquetaires) 1844, karya Alexandre Dumas ini merupakan bagian kedua dari film sebelumnya The Three Musketeers : D’Artagnan. Film ini memenangkan penghargaan Best Production Design (Meilleurs décors) di César Award Perancis. LSF menggolongkan film ini untuk penonton usia 13 tahun ke atas. (eka)

Sita (Faradina Mufti) dan Adil (Reza Rahardian) yang berasal dari keluarga harmonis pemilik pabrik roti, mendadak harus menjadi yatim piatu, akibat bom bunuh diri menewaskan ayah (Sanjaya Arif) dan ibu (Mutia) mereka. Sita dan Adil yang traumatis pun kemudian tinggal di pesantren milik Wahyu (Slamet Rahardjo Djarot). Selama tinggal di pesantren itu mereka mengalami hal – hal aneh dan kekerasan yang dilakukan Wahyu. Seiring waktu, Sita pun terobsesi untuk mencari tahu kebenaran akan adanya siksa kubur setelah kematian. Karena itu, ia dan adiknya bertekad mencari manusia paling berdosa yang baru dikuburkan, dan berupaya “meliput” ada tidaknya siksa di dalam kubur bagi pendosa besar itu. Ternyata, banyak hal yang tak terduga.

Siksa Kubur karya sutradara Joko Anwar (48 tahun) ini diadaptasi dari film pendek Siksa Kubur 2012 (Grave Torture), karya Joko Anwar yang ditayangkan di kanal Youtube. Karya sutradara Joko Anwar lainnya antara lain, Pengabdi Setan 2: Communion (2022) Perempuan Tanah Jahanam (2019), Gundala (2019), Pengabdi Setan (2017), A Copy of My Mind (2016), Modus Anomali (2012), Pintu Terlarang (2009), Kala (2007), dan film pertamanya Janji Joni (2005). Karya skenarionya antara lain Biola Tak Berdawai (2003), dan penulis skenario merangkap asisten sutradara Arisan! (Nia Dinata 2003). Siksa Kubur, karya insinyur teknik penerbangan lulusan ITB dan mantan pewarta serta penulis kritik film, ini oleh LSF diklasifikasikan untuk penonton usia 17 tahun ke atas. Bijaklah memilah dan memilih film sesuai klasifikasi usia. (rio)