Urban Myths merupakan film antologi horror tentang mitos urban, asal Korea Selatan, dengan para pemeran utama berbeda, yang merupakan bintang K-Pop atau K-Movie terkenal. Ada 10 cerita horor pendek yang dibungkus dalam satu judul ini. Masing-masing adalah, Tunnel, The Woman in Red, Necromancy, Tooth Worms, Ghost Marriage, The Closet, The Girl in the Mirror, A Mannequin, The Wall, dan Escape Games. Setiap film menyajikan kengerian yang berbeda dan menyelipkan plot twist seru yang menarik. Kisah-kisah horor di masyarakat urban itu terasa ngeri karena ceritanya sudah melekat dałam kehidupan sehari-hari dan di lingkungan sekitar. Omnibus film ini misalnya mengisahkan tentang suara-suara aneh yang sering terdengar pada tengah malam, yang seolah keluar dari lantai, dari perabotan rumah, boneka, terowongan, dan media sosial.

Antologi Urban Myths ini disutradarai Hong Won-ki, yang sukses dengan film Zombie Hunter (2010), dan sejumlah video musik dari grup K-Pop. LSF mengklasifikasikan film ini untuk penonton usia 13 tahun ke atas.  (pis)

Laine (Sydney Craven) dan Chase (Imran Adams), adalah sepasang kekasih yang ingin menghadiri festival Horror Hound di sebuah kota kecil. Namun, selama berada di sana, Laine kerap bermimpi dan mengalami pelbagai keanehan. Itu ternyata berkaitan dengan momen bangkitnya Creeper, “monster” yang dulu pernah menghantui kota itu.

Jeepers Creepers sendiri merupakan salah satu film horor yang cukup populer pada era 2000-an. Sebagai film horor, Jeepers Creepers: Reborn cukup berhasil memberikan rasa takut. Terutama melalui beberapa momen jumpscare atau elemen gore sepanjang film. LSF mengklasifikasikan film ini untuk penonton usia 13 tahun ke atas. (jat)

Isekai Quartet The Movie : Another World menceritakan tentang para karakter anime isekai yang masuk ke dunia berbeda melalui sebuah tombol ajaib. Mereka pun bertemu  dengan raksasa yang mengejar-ngejar mareka. Maka dengan segala upaya mereka melawan raksasa tersebut serta berusaha untuk kembali ke dunia asal mereka.

Film ini merupakan sekuel dari anime seri Isekai Quartet yang cukup terkenal. Karakter dalam film anime ini merupakan gabungan dari karakter protagonis anime KonoSuba, Overlord, Re: Zero – Starting Life in Another World, Saga of Tanya Evil dan The Rising of the Shield Hero. LSF mengklasifikasikan film produksi Kadokawa dan Studio Pyukai, Jepang, ini untuk penonton usia 13 tahun ke atas. (rlt)

Anak perempuan berusia 12 tahun bernama Tinja (Siiri Solalinna), adalah atlet pesenam. Tinja selalu ingin menyenangkan hati ibunya, yang digambarkan memiliki sifat perfeksionis. Pada suatu malam, Tinja menemukan sebutir telur aneh,yang kemudian diambil, dijaga, dan dihangatkannya. Setelah berapa lama, telur yang semakin membesar itu pun menetas. Sesuatu yang keluar dari telur tersebut, yang berbentuk seperti burung, membuat Tinja terkejut. Tapi, Tinja memutuskan untuk memelihara makhluk yang kemudian diberinya nama Alli itu. Seiring waktu, Alli menjadi doppelgänger, monster jahat yang mampu berubah bentuk menjadi Tinja dan sebaliknya.

Hatching merupakan film ber-genre psychological body horror asal Finlandia (judul aslinya Pahanhautoja) karya perempuan sutradara Hanna Bergholm. Hatching pertama kali tayang di Festival Film Sundance (Januari 2022) sebelum ditayangkan secara streaming (April 2022). Di Festival international du film fantastique de Gérardmer 2022, Hatching memenangi Grand Prix dan Prix du Jury Jeunes. Hanna Bergholm, kelahiran Finlandia, meraih gelar master penyutradaraan dari University of Art and Design Helsinki (2009). Sebelumnya, peraih pelbagai penghargaan film pendek dan film TV, itu telah membuat film horror pendek Puppet Master yang digelar di sejumlah festival film internasional. LSF mengklasifikasikan film Hatching untuk penonton usia 17 tahun ke atas. Bijaklah memilah dan memilih tontonan sesuai usia. (pis).

Seorang perempuan bernama Haruka, merasa ditawan sekaligus tersesat oleh juara renang bernama Albert. Haruka pun mulai mempertanyakan alasannya berenang dan ia merasa tenggelam ke dasar air keruh. Didorong kegelisahan di dalam hatinya, Haruka bergabung dalam resimen pelatihan yang ketat dan intensif. Haruka sadar bahwa ia mendorong dirinya melampaui batas kemampuan, sementara teman-temannya tidak berbuat apapun selain mengawasi dan percaya padanya.

Berbeda dengan sekuel pertamanya, Free! The Final Stroke The Second Volume ini lebih fokus pada konflik internal Haruka, serta hubungannya dengan Makoto dan Rin. Kemunculan Albert sebagai rival Haruka, merupakan hal yang ditunggu. Oldcodex, band asal Jepang, dengan theme song berjudul This Fading Blue turut ambil bagian dalam film ini. Vokalis Tatsuhisa Suzuki pun mengisi suara karakter Makoto Tachibana. LSF mengklasifikasikan film ini untuk penonton Semua Umur (SU). (arn)