James Bond (Daniel Craig) tengah menikmati masa pensiunnya yang tenang di Jamaika, ketika temannya dari CIA, Felix Leiter (Jeffrey Wright), meminta bantuan untuk menemukan Valdo Obruchev, seorang ilmuwan yang diculik. Ketika Bond bertemu agen 007 penggantinya, Nomi (Lashana Lynch), Bond mafhum bahwa Nomi tidak terkesan pada prestasi Bond sebelumnya. Misi penyelamatan ilmuwan tersebut ternyata sangat berbahaya karena Bond harus menghadapi penjahat misterius Lyutsifer Safin (Rami Malek), yang memiliki senjata berbahaya dengan teknologi terbaru.

No Time To Die adalah produksi ke-25 yang diangkat dari serial James Bond karya Ian Fleming, dan merupakan film kelima Daniel Craig sebagai Bond. Sebelumnya,  Craig telah membintangi Casino Royale (2006), Quantum of Solace (2008), Skyfall (2012), dan Spectre (2015). Film-film tersebut sempat memeroleh nominasi bahkan memenangi sejumlah penghargaan. Termasuk Best Actor (Daniel Craig), Best Action Movie, Best Top Box Office Movie, dan lain-lain. Bahkan Skyfall meraih Oscar untuk  Best Original Song, dan Best Sound Editing, sementara Spectre meraih Oscar untuk Best Original Song. Film ini mengandung sejumlah adegan kekerasan, namun disajikan dengan apik dan menghibur. Akibat pandemi Covid19, film yang rampung pada 2019, ini baru bisa ditayangkan perdana di Royal Albert Hall. London, pada 28 September 2021, dan di Amerika Serikat pada 8 Oktober 2021. LSF mengklasifikasikan film ini untuk penonton usia 13 tahun ke atas.

Bonaga (Tora Sudiro) dan Monita (Wulan Guritno) adalah sepasang suami istri yang sedang menikmati masa kesuksesan mereka. Kali ini, mereka harus menghadapi masalah pendidikan putri mereka satu-satunya yaitu Monaga (Cut Beby Tshabina), yang dikeluarkan dari sekolahnya. Sang Kakek, Naga (Deddy Mizwar) akhirnya terlibat dalam masalah sang cucu untuk mendapatkan sekolah baru. Ditengah masalah pendidikan untuk Monaga, pertemuan Monaga dengan seorang anak jalanan bernama Nira (Zsa Zsa Utari) menjadi semangat tersendiri bagi Monaga untuk bersekolah. Terdapat berbagai macam hambatan dan pertentangan opini pada keberlanjutan pendidikan Monaga. Cinta yang berlebihan Naga pada cucunya membuat masalah semakin pelik hingga membuat Bonaga terhimpit di antara keinginan istri, anak, dan bapaknya.

Setelah sukses dengan sekuel sebelumnya, yaitu Nagabonar Jadi 2 (2007) yang dimana menjadi film Indonesia terlaris tahun 2007 dengan meraih penjualan tiket sebanyak 2,4 juta penonton, Naga Naga Naga (2021) juga menghadirkan drama berbalut komedi ringan yang menghibur. LSF mengklasifikasikan film drama ini untuk 13 tahun keatas. Bijaklah memilah dan memilih tontonan sesuai usia.

Pada suatu malam, Sur (Shenina Cinnamon), salah seorang anggota teater di kampusnya, ikut menghadiri sebuah pesta. Foto selfie-nya dalam keadaan mabuk, kemudian beredar di media sosial. Sur pun harus kehilangan beasiswa, karena ia dianggap telah mencemarkan nama baik fakultas dan kampusnya. Sur tidak mengingat apa pun yang menimpanya tadi malam, karena ia kemudian tidak sadarkan diri. Sur meminta bantuan Amin, teman masa kecilnya, seorang tukang fotokopi yang tinggal dan bekerja di kampus, untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi pada malam pesta itu.

Film yang dibuat di tengah pandemi dengan protokol ketat, ini akan ikut kompetisi utama Busan International Film Festival 2021. Salah satu festival film terbesar di Asia tersebut diselenggarakan pada 6-15 Oktober 2021 di Busan, Korea Selatan. Pada Mei 2016, film pendek Prenjak karya Raphael Wregas Bhanuteja (kelahiran Jogjakarta, 20 Oktober 1992), mendapatkan penghargaan dalam Semaine de la Critique ke-55, yang anggota jurinya adalah para pewarta film internasional, dan dianugerahi Leica Cine Discovery Prize di Festival Film Cannes. Sejak itu, Wregas kerap berkiprah di sejumlah ajang festival film internasional. Film Penyalin Cahaya ini mengandung sejumlah adegan kekerasan. Karena itu LSF mengklasifikasikan film ini untuk penonton usia 17 tahun ke atas. Bijaklah memilah dan memilih tontonan sesuai usia.

Pelajar SMA bernama Yuni (Arawinda Kirana) punya impian besar untuk melanjutkan pendidikannya hingga ke perguruan tinggi. Namun, mimpinya berbenturan dengan kebiasaan di kampungnya, di Kabupaten Serang, Banten. Secara umum, perempuan akan dan harus menikah selulus SMA. Demi memerjuangkan cita-citanya, karena ia juga termasuk pelajar cerdas di kelasnya, Yuni menolak lamaran yang pertama. Ketika datang lamaran kedua, ia menjadi pembicaraan hangat di lingkungannya, karena ada kepercayaan, perempuan yang menolak lamaran lebih dari dua kali, tidak akan pernah bisa menikah. Tapi Yuni, pecinta warna ungu, itu tetap berkukuh pada sikapnya, dan ia lebih memilih jatuh cinta kepada puisi, di tengah kegalauan dan rasa ingin tahunya sebagai remaja, ihwal seksualitas dan hubungan asmara.

Sutradara Kamila Andini, kelahiran Jakarta, 6 Mei 1986, ini menulis skenario Yuni bersama Prima Rusdi. Dengan film ini, untuk kedua kalinya Kamila Andini ikut meramaikan Toronto International Film Festival (TIFF) pada September 2021. Putri sutradara Garin Nugroho dan istri dari Ifa Isfansyah, ini telah memenangi sejumlah penghargaan internasional. Filmnya The Mirror Never Lies memenangi Piala Citra untuk Cerita Asli Terbaik FFI 2012. Karya lainnya adalah Sekala Niskala (2017). LSF mengklasifikasikan film Yuni untuk penonton usia 17 tahun ke atas.

Film superhero Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings dibintangi sejumlah aktor ternama seperti Simu Liu, Awkwafina, Tony Leung Chiu Wai, Fala Chen, Florian Munteanu, hingga Michelle Yeoh. Shang-Chi yang diperankan Simu Liu, merupakan pahlawan super Asia pertama dalam Marvel Cinematic Universe, dan merupakan film ke-25 dari dunia Marvel. Shang-Chi pertama kali diterbitkan dalam Special Marvel Edition No. 15 pada 1973, diciptakan oleh Steve Englehart dan Jim Starlin. Tokoh bernama Shang-Chi adalah anak penjahat super yang berulang kali mencoba menaklukkan dunia. Ia telah meninggalkan kehidupan lamanya, namun dipaksa kembali ke dalam organisasi bernama Ten Rings (yang dipimpin Wenwu, dan pernah muncul di kisah Marvel lainnya), dan ia harus menghadapi masa lalunya.

Shang-Chi banyak mendapat pujian. Kinerja Marvel Studios kali ini dianggap mampu menghasilkan karya keseluruhan secara tepat. Terutama dalam menampilkan kultur Asia, dengan sutradara dan mayoritas karakter dan pemain Asia. Sesuatu yang jarang terjadi. Film laga petualangan khayali ini memang memberikan beragam emosi kepada penontonnya. Terutama ihwal nilai persahabatan dan cinta keluarga. LSF mengklasifikasikan film ini untuk usia penonton Semua Umur.